TIMES PALEMBANG, MAGETAN – Dalam industri sepak bola modern yang menuntut fisik prima, sosok fisioterapis kini bukan sekadar pelengkap di pinggir lapangan.
Fisioterapis telah bertransformasi menjadi pilar fundamental yang menentukan panjang pendeknya karier seorang atlet profesional melalui manajemen cedera yang sistematis.
Praktisi fisioterapi asal Magetan, M. Sufi Cahya, mengungkapkan bahwa peran profesi ini mencakup spektrum yang luas, mulai dari deteksi dini risiko hingga optimalisasi fungsi fisik pemain.
“Intervensi kami tidak terbatas pada mengobati pemain yang tumbang. Fokus utamanya adalah bagaimana menjaga kondisi fisik tetap optimal agar risiko cedera bisa ditekan seminimal mungkin,” ujar Sufi kepada TIMES Indonesia, Minggu (21/12/2025).
Evaluasi Biomekanik: Deteksi Sebelum Cedera
Langkah krusial dalam dunia fisioterapi olahraga dimulai dari evaluasi dan diagnosis yang presisi. Sufi menjelaskan bahwa analisis gerakan yang detail menjadi titik penentu keberhasilan perawatan.
Dengan menggunakan alat analisis biomekanik, fisioterapis dapat mendeteksi pola gerakan yang salah atau asimetri tubuh saat pemain beraksi.
Hal ini sejalan dengan studi dalam Journal of Orthopaedic & Sports Physical Therapy (2018) yang menekankan bahwa asesmen akurat memungkinkan perancangan program yang personal bagi setiap individu.
Metodologi Pemulihan Modern
Saat pemain mengalami cedera, fisioterapis menerapkan tiga kombinasi teknik utama untuk mempercepat proses return to play:
1. Terapi Manual: Melibatkan teknik pijat, mobilisasi sendi, dan myofascial release untuk meningkatkan sirkulasi darah dan fleksibilitas jaringan.
2. Elektroterapi: Penggunaan teknologi seperti ultrasound dan elektrostimulasi untuk mempercepat regenerasi jaringan dalam dan meredakan peradangan.
3. Terapi Latihan: Program penguatan motorik dan propriosepsi yang dirancang khusus untuk mengembalikan kekuatan otot ke level sebelum cedera.
Pendekatan Holistik: Fisik dan Psikis
Lebih lanjut, Sufi Cahya menggarisbawahi bahwa pemulihan bukan sekadar urusan otot dan sendi. Aspek psikologis seringkali menjadi penghambat jika tidak dikelola dengan baik.
"Pemain sering mengalami kecemasan atau frustrasi saat harus absen lama. Di sinilah peran kami sebagai pendukung integral, membantu mereka tetap positif dan disiplin menjalankan program rehabilitasi," tambahnya mengutip riset dari Psychology of Sport and Exercise.
Dengan kombinasi sains olahraga dan pendekatan personal, fisioterapi terbukti menjadi investasi terbaik bagi klub sepak bola untuk menjamin aset mereka yakni para pemain dapat terus berkompetisi di level tertinggi dengan risiko kambuh yang rendah. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Peran Vital Fisioterapis, Kunci Stabilitas Performa dan Karier Panjang Pesepakbola
| Pewarta | : Aditya Candra |
| Editor | : Ronny Wicaksono |