TIMES PALEMBANG, JAKARTA – Pengamat industri otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menilai target penjualan mobil baru nasional tahun 2025 sebesar 900.000 unit perlu direvisi lebih realistis menjadi kisaran 750.000-850.000 unit.
Menurutnya, data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dari Januari hingga Oktober 2025 yang menunjukkan penjualan mobil secara wholesales baru mencapai 635.844 unit, cukup jauh dari proyeksi tahunan yang ditetapkan untuk pada akhirnya direalisasikan.
“Secara logika target 900.000 unit itu tidak akan tercapai. Untuk mencapainya, dibutuhkan rata-rata penjualan 132.078 unit per bulan di sisa dua bulan dari November sampai Desember, angka yang belum pernah disentuh pasar kita,” ujar Yannes dihubungi dari Jakarta, Kamis 13/11/2025).
Berkaca dari data Gaikindo, rata-rata penjualan mobil nasional sepanjang Januari-Oktober 2025 hanya sekitar 63.584 unit per bulan, tanpa tanda-tanda peningkatan daya beli masyarakat kelas menengah, pasar terbesar bagi industri otomotif.
Kondisi ekonomi makro yang lemah, termasuk suku bunga kredit tinggi, disebut menjadi penyebab utama turunnya kemampuan beli segmen pasar utama seperti Low Cost Green Car (LCGC) dan Low MPV.
“Segmen ini adalah penyerap volume terbesar pasar mobil nasional. Saat suku bunga tinggi, mereka paling terpukul karena hampir seluruh pembelian dilakukan lewat kredit,” jelasnya.
Yannes menambahkan, meskipun penjualan mobil listrik (EV) menunjukkan lonjakan signifikan hingga kisaran 65.000 unit pada Oktober 2025, kontribusinya belum cukup kuat untuk menutupi pelemahan di segmen konvensional atau Internal Combustion Engine (ICE) yang lebih besar.
Dengan mempertimbangkan tren pasar yang masih konservatif dan lemahnya faktor pendorong ekonomi, Yannes menilai revisi target menjadi 750.000-850.000 unit hingga akhir tahun akan lebih mencerminkan kondisi riil industri otomotif nasional.
Lebih lanjut, Yannes menekankan pentingnya insentif tambahan bagi kendaraan hybrid, terutama di kelas harga bawah Rp300 juta. Dukungan semacam itu diyakini mampu memperkuat daya saing produsen sekaligus memperluas pasar.
“Tentunya dengan tambahan insentif setelah LCGC dan LMPV entry-level tersebut mendapatkan dukungan insentif kendaraan hybrid. Ini adalah pendorong utama bagi peningkatan penjualan di segmen yang didominasi oleh kelas menengah.” kata Yannes. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Target 750 Ribu Mobil Nasional Dinilai Tak Realistis, Pengamat Sarankan Revisi
| Pewarta | : Antara |
| Editor | : Hendarmono Al Sidarto |