TIMES PALEMBANG, JAKARTA – Bulan Ramadan 2025 selalu disambut dengan suka cita oleh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, berbagai tradisi unik turun-temurun masih dilestarikan untuk menyambut bulan suci ini.
Dari Sabang hingga Merauke, masyarakat Indonesia memiliki cara khas dalam mempersiapkan diri sebelum memasuki Ramadan, baik secara spiritual maupun sosial.
Berikut adalah beberapa tradisi menyambut Ramadan yang masih terus dijaga oleh masyarakat di berbagai daerah:
1. Megengan: Tradisi Selamatan Menyambut Ramadan
Megengan adalah tradisi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Muslim, terutama di Jawa. Tradisi ini berupa selamatan atau kenduri yang diisi dengan doa bersama untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
Biasanya, masyarakat membawa makanan seperti apem sebagai simbol permohonan maaf dan harapan agar ibadah Ramadan berjalan dengan lancar. Tradisi ini juga menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi antarwarga.
2. Megibung: Makan Bersama di Bali
Di Kabupaten Karangasem, Bali, umat Muslim memiliki tradisi Megibung, yaitu makan bersama sambil duduk melingkar.
Tradisi ini diwariskan dari zaman Kerajaan Karangasem dan menjadi simbol kebersamaan dalam menyambut bulan Ramadan.
Makanan yang disajikan biasanya berupa hidangan khas daerah dengan lauk-pauk yang melimpah.
3. Pacu Jalur: Perlombaan Dayung di Riau
Di Riau, masyarakat menyambut Ramadan dengan Pacu Jalur, yaitu perlombaan dayung tradisional yang dilakukan di sungai.
Tradisi ini tidak hanya menjadi ajang olahraga, tetapi juga sarana hiburan sebelum memasuki bulan puasa.
Pacu Jalur melibatkan banyak peserta dan menarik perhatian warga setempat yang datang untuk menyaksikan serta memberikan dukungan.
4. Munggahan: Tradisi Masyarakat Sunda
Bagi masyarakat Sunda di Jawa Barat, Munggahan menjadi tradisi yang tidak bisa dilewatkan.
Biasanya dilakukan 1–2 hari sebelum Ramadan, Munggahan diisi dengan berbagai kegiatan seperti silaturahmi keluarga, ziarah ke makam leluhur, serta makan bersama.
Tradisi ini menjadi momen refleksi sekaligus persiapan mental dan spiritual menjelang bulan penuh berkah.
5. Nyorog: Kiriman Makanan untuk Keluarga di Betawi
Di Jakarta, masyarakat Betawi memiliki tradisi Nyorog, yaitu mengirimkan bingkisan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua.
Biasanya, makanan yang diberikan berupa daging sapi atau kambing yang nantinya akan diolah menjadi hidangan khas keluarga. Tradisi ini mencerminkan nilai gotong royong dan penghormatan kepada orang yang lebih tua.
6. Meugang: Tradisi di Aceh Menjelang Ramadan
Di Aceh, tradisi Meugang sudah berlangsung sejak zaman Kesultanan Aceh. Menjelang Ramadan, masyarakat Aceh membeli dan memasak daging sapi atau kerbau, lalu menyantapnya bersama keluarga.
Tradisi ini juga dilakukan saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Meugang tidak hanya menjadi simbol kemakmuran, tetapi juga wujud rasa syukur dalam menyambut bulan suci.
Tradisi menyambut Ramadan di berbagai daerah di Indonesia tidak hanya sekadar perayaan, tetapi juga menjadi sarana mempererat hubungan sosial.
Masyarakat tidak hanya mempersiapkan diri secara spiritual, tetapi juga melestarikan budaya warisan leluhur.
Di tengah modernisasi, menjaga tradisi ini tetap hidup adalah bentuk penghormatan terhadap sejarah dan nilai-nilai yang telah diwariskan.
Ramadan bukan hanya tentang ibadah individu, tetapi juga tentang kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur.
Setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam menyambut bulan suci ini. Namun, satu hal yang pasti, semangat menyambut Ramadan 2025 selalu diiringi dengan kebahagiaan dan harapan akan berkah yang melimpah. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ragam Tradisi Menyambut Ramadan 2025 di Indonesia
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |